Wabah bakteri Escherichia Coli (E Coli) sudah menjangkiti ribuan orang dan menewaskan belasan lainnya di Eropa. Namun, Indonesia sejauh ini belum mengambil langkah drastis untuk mengantisipasi wabah menular ini—seperti melarang masuknya sayuran atau produk makanan lainnya dari Eropa.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu memberi alasan. Menurutnya, masalah ini masih akan dibahas terlebih dahulu bersama Menteri Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pemerintah juga masih menunggu hasil investigasi yang dilakukan pemerintah negara-negara Eropa.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu memberi alasan. Menurutnya, masalah ini masih akan dibahas terlebih dahulu bersama Menteri Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pemerintah juga masih menunggu hasil investigasi yang dilakukan pemerintah negara-negara Eropa.
"Itu penyebabnya dari mana, baru kami bisa melakukan pencegahan atau monitoring," kata Mari.
Menteri Mari mengakui pemerintah bahkan belum membahas wabah E Coli ini secara terpadu di forum lintas kementerian dan instansi. Pembahasan akan dilakukan dalam waktu dekat ini.
Jenis baru
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menjelaskan bakteri mematikan yang tengah menyerang negara-negara Eropa itu merupakan strain baru dengan nama Enterohaemorrhagic E Coli (EHEC). Bakteri ini bisa memicu penyakit berbahaya dan kondisi mematikan yang disebut Haemolytic Uraemic Syndrome (HUS).
“Kebanyakan orang di Eropa mengalami penyakit akibat E Coli karena konsumsi sayuran yang tidak dicuci dengan bersih. Jadi, mencegah E Coli ini sama dengan mencegah penyakit diare,” kata Menteri Endang.
Dia mengatakan E Coli jenis baru ini belum masuk Indonesia. Meski demikian, dia meminta agar masyarakat waspada mengingat bakteri ini resisten terhadap antibiotik dan obat-obatan biasa. Kebiasaan hidup bersih akan menjauhkan manusia dari bakteri ini, seperti tidak mengkonsumsi makanan yang tidak steril, atau mencuci tangan dahulu sebelum makan dan setelah buang air besar.
Untuk mencegah penyebaran E Coli, kata Menteri Kesehatan, petugas kementeriannya telah disiagakan di sejumlah bandara di Tanah Air. Mereka mengawasi para pendatang dari Eropa. Jika mereka terdeteksi menderita diare, petugas akan langsung memeriksa kesehatan yang bersangkutan lebih lanjut.
Tauge Jerman
Menurut data Kementerian Kesehatan, wabah ini mulai berjangkit di Jerman pada pertengahan Mei 2011. Sampai 2 Juni 2011, otoritas kesehatan Jerman menemukan 520 kasus HUS dengan 11 angka kematian. Selain itu, juga didapati 1.213 kasus terjangkiti EHEC di mana enam di antaranya meninggal. Artinya, di Jerman total ada 1.733 kasus dengan 17 korban tewas.Menteri Mari mengakui pemerintah bahkan belum membahas wabah E Coli ini secara terpadu di forum lintas kementerian dan instansi. Pembahasan akan dilakukan dalam waktu dekat ini.
Jenis baru
Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menjelaskan bakteri mematikan yang tengah menyerang negara-negara Eropa itu merupakan strain baru dengan nama Enterohaemorrhagic E Coli (EHEC). Bakteri ini bisa memicu penyakit berbahaya dan kondisi mematikan yang disebut Haemolytic Uraemic Syndrome (HUS).
“Kebanyakan orang di Eropa mengalami penyakit akibat E Coli karena konsumsi sayuran yang tidak dicuci dengan bersih. Jadi, mencegah E Coli ini sama dengan mencegah penyakit diare,” kata Menteri Endang.
Dia mengatakan E Coli jenis baru ini belum masuk Indonesia. Meski demikian, dia meminta agar masyarakat waspada mengingat bakteri ini resisten terhadap antibiotik dan obat-obatan biasa. Kebiasaan hidup bersih akan menjauhkan manusia dari bakteri ini, seperti tidak mengkonsumsi makanan yang tidak steril, atau mencuci tangan dahulu sebelum makan dan setelah buang air besar.
Untuk mencegah penyebaran E Coli, kata Menteri Kesehatan, petugas kementeriannya telah disiagakan di sejumlah bandara di Tanah Air. Mereka mengawasi para pendatang dari Eropa. Jika mereka terdeteksi menderita diare, petugas akan langsung memeriksa kesehatan yang bersangkutan lebih lanjut.
Tauge Jerman
Selain di Jerman, wabah serupa ditemukan di 11 negara lain, yaitu: Austria, Republik Ceko, Denmark, Prancis, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat.
Gejala penyakit ini berupa sakit perut seperti kram dan diare. Pada sebagian kasus, bahkan didapati kasus diare berdarah (haemorrhagic colitis), juga demam dan muntah-muntah.
Menteri Pertanian Jerman untuk wilayah Lower Saxony, Gert Lindemann, menduga bakteri maut ini berasal dari tauge yang berasal dari Jerman. Yang gawat, tauge ini sudah tersebar ke berbagai restoran dan kafe di seantero negeri.
Dia mengatakan didapati ada kaitan langsung antara para penderita awal bakteri E Coli dengan tauge yang ditanam di Kota Bienenbuettel, Distrik Uelzen. "Ada banyak indikasi yang mengarah pada perusahaan ini."
Perusahaan agribisnis yang menanam dan mendistribusikan tanaman ini sudah ditutup sejak Minggu kemarin dan semua produk mereka telah ditarik dari pasaran. Selain tauge, beberapa produk perusahaan ini, seperti tanaman herbal, buah-buahan, bunga, dan kentang, juga ditarik. Sebelumnya, dua orang pekerja di perusahaan ini terkena diare akut akibat mengkonsumsi tauge yang mereka tanam.
Lindemann menjelaskan, hasil penelitian menyimpulkan tauge dari perusahaan ini positif mengandung E Coli mematikan. Namun, belum diketahui bagaimana bakteri ganas yang menyerang sistem pencernaan manusia ini bisa menempel di tauge yang ditanam dalam drum-drum ini.
0 komentar:
Posting Komentar